Semua
Terlibat:
Saling
Memberi dan Menerima
Diskusi terjadi jika ada interaksi dan suasana saling memberi dan
menerima. Setiap anggota berproses dan
mengasah kemampuan diri sehingga masing-masing mendapat manfaat dari setiap
pertemuan dan diskusi.
Thomas Grome, seorang pengajar di Amerika Serikat, dalam bukunya
yang berjudul Shared Christian Praxis atau biasa disingkat dengan SCP
menuliskan suatu metode pemahaman kitab suci yang sederhana dan melibatkan
pendengar dalam setiap prosesnya. Anggota diskusi dapat menjadi pendengar dan
pencerita. Diskusi dengan metode SCP ini dimulai dengan berbagi cerita suatu
topik yang sudah ditentukan oleh pemimpin diskusi. Setelah peserta berdiskusi
maka pembicara akan menutup dengan satu topik dalam kitab suci yang sudah
dipilih dan dipersiapkan sebelumnya. Buku ini cukup populer di kalangan pendidik kristiani.
Metode SCP telah berlaku di sekolah-sekolah sebagai salah satu
metode pendidikan kristiani. Namun, pola seperti ini juga telah berlaku pada
sebagian diskusi yang digelar oleh Stube-HEMAT. Masing-masing peserta juga
mengutarakan ceritanya dulu tentang suatu topik. Bedanya terletak pada topik
dan penutupnya. Topik yang dibicarakan oleh Stube-HEMAT biasanya menyoal
potensi dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat, utamanya di daerah asal.
Diskusi itu ditutup dengan landasan teori dari literatur dan referensi yang
disajikan oleh narasumber.
Metode SCP ini juga diterapkan dalam diskusi di lingkungan pemuda
gereja Margasakti, GKSBS Kurotidur. Peserta yang hadir dalam diskusi ini mengutarakan pendapatnya mengenai
gambaran ideal kehidupan pemuda gereja. Diskusi dilaksanakan pada hari Sabtu,
18 Maret 2017 mulai pukul 20.00 WIB, di ruang konsistori GKSBS Kurotidur
wilayah pelayanan MT.
Marta Lita Viani memimpin nyanyian dan mencoba menghangatkan
suasana. Pujian dilanjutkan dengan doa dan dilakukan dengan khidmat.

Sidiq membagikan harapannya bahwa PA Pemuda lebih baik dan
spesial. Lagunya semakin dihidupi dan dihayati. Mas Suyat, Supir, dan Dwi punya
gagasan serupa. Mereka sepakat akan gambaran pemuda yang guyub rukun nantinya,
tidak seperti sekarang ini pemuda tidak
pernah melakukan PA lagi.
Marta dan Tamara punya gagasan bersama soal aset gereja. Marta
bermimpi gereja punya lahan yang ditanami obat-obatan dan pemuda bisa
memproduksi obat-obatan tradisional secara massal. Tamara menyatakan impiannya
bahwa pemuda bisa punya gedung sendiri agar bisa berbagi dengan sekolah minggu.
Diskusi ini ditutup dengan penjelasan Yohanes soal waktu. Perikop
diambil dari Pengkhotbah 3:1-11. Kita memang punya waktu, mimpi dan gagasan.
Tetapi waktu dan gagasan itu belum tentu sama dengan waktunya Tuhan. Kekompakan
dan kemauan untuk belajar dan terus maju adalah modal kita menuju kehidupan
pemuda yang penuh harapan. Mari bertumbuh bersama dengan kompak. (YDA).
Komentar
Posting Komentar