Bengkulu Utara dan Potensi
Anak Muda Kurotidur
Kunjungan Pengurus dan Direktur Eksekutif
di Multiplikasi Stube-HEMAT, 8-11 Mei 2017
Bengkulu, salah satu provinsi di pulau Sumatera yang menjadi tujuan para
transmigran dari pulau Jawa sejak tahun 1933, masa penjajahan Belanda. Para
transmigran dibawa ke daerah yang saat ini dikenal sebagai Kelurahan Kemumu,
Kecamatan Arma Jaya, Bengkulu Utara. Provinsi Bengkulu sendiri terdiri dari 10
daerah tingkat 2 yang meliputi:
2. Kabupaten Bengkulu Tengah
3. Kabupaten Bengkulu Utara
4. Kabupaten Kaur
5. Kabupaten Kepahiang
6. Kabupaten Lebong
7. Kabupaten Mukomuko
8. Kabupaten Rejang Lebong
9. Kabupaten Seluma
10. Kota Bengkulu
Multiplikator Stube HEMAT berada di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara (Arga Makmur), tepatnya di Dusun 7 MT, desa Margasakti, Kecamatan Padang Jaya. Daerah ini memiliki nama asli Kurotidur / Kwaotiduak (bahasa suku Rejang). Suku Rejang ini penduduk asli Bengkulu yang mayoritas tinggal di daerah sebelum memasuki Kecamatan Padang Jaya. Kota kecamatan ini bisa dicapai sekitar 2 jam naik mobil dari bandara Fatmawati Soekarno, dengan jalan yang mulai berkelok-kelok di antara perkebunan sawit dan karet setelah meninggalkan kota Bengkulu. Rumah-rumah penduduk nampak tertata rapi dengan bahan bangunan mayoritas batu dan beberapa rumah asli dengan gaya rumah panggung yang terbuat dari kayu.
Anak-anak muda
di tempat multiplikasi ini dilakukan merupakan generasi ke sekian dari
kakek-nenek mereka, para transmigran dari Jawa. Anak mudanya, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan
mengolah sawah dan kebun. Bagi orang tua
yang memiliki idealisme tinggi, mereka akan mengirim anak-anak mereka untuk
melanjutkan studi ke Jawa, supaya kelak bisa menjadi guru, pendeta, atau
pekerja kantoran lainnya. Sayangnya, secara umum anak muda di sini memiliki
latar belakang pendidikan setingkat SMP atau SMA saja. Mereka tumbuh dengan sederhana dengan muara
kerja kebun tanpa pernah mengenal forum untuk membuka wawasan sosial, ekonomi,
politik ataupun budaya.
Dari percakapan dan diskusi dengan
anak-anak muda tersebut diperoleh beberapa catatan sbb:
1. Mereka senang mendapat
pendamping dan motivator yang memberi wadah anak-anak muda berkumpul dan
membicarakan hal-hal positif seperti yang dilakukan Yohanes Dian Alpasa sebagai multiplikator Stube
HEMAT di Bengkulu Utara.
2. Sebelum ada
kegiatan multiplikasi Stube HEMAT, anak muda gereja tidak memiliki wadah
berkumpul karena sudah lama tidak ada kegiatan, saat ini mereka bersemangat
bertemu dan berdiskusi.
3. Sebagian besar
dari anak muda ini menyatakan ingin langsung bisa kerja setelah lepas sekolah
untuk membantu ekonomi orang tua mereka yang bergantung pada hasil karet dan
sawit yang harganya tidak stabil.
Tidak terlalu mengherankan jika angka perkawinan muda pun banyak terjadi. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
tahun 2015 menunjukkan sebanyak 20,01 persen perempuan menikah pada usia 17-18
tahun. Sebanyak 13,80 persen hamil di bawah usia 16 tahun. Sebagai akibat
turunannya adalah meningkatnya resiko kematian ibu dan bayi. Fakta yang
mengejutkan adalah pengakuan bahwa bahaya narkoba juga sudah mengancam
kehidupan anak-anak muda desa.
Keberadaan kegiatan multiplikasi
Stube HEMAT di wilayah ini sangat penting untuk memberi wadah anak muda meningkatkan
wawasan dan pengetahuan baik sosial,
politik, budaya ataupun ekonomi, serta pengembangan pribadi dan pemikiran
kritis yang bisa mendukung partisipasi untuk mengembangkan masyarakat dan daerah.
(AN)
Komentar
Posting Komentar