Setiap orang tentu terlibat
dalam berbagai interaksi. Semakin baik orang-orang dalam memahami lawan bicara
maka semakin baik kualitas interaksinya. Interaksi dalam bentuk pembicaraan
dapat berlangsung baik formal maupun nonformal dan berlangsung dimana-mana,
baik di gelanggang olahraga, sekolah, pos ronda, atau pun tempat kerja. Seringkali
terjadi bahwa selisih paham dianggap sebagai beda pendapat yang bertentangan
yang berarti menyerang lawan bicara, padahal sebenarnya tidak begitu
pemahamannya.
Untuk mengantisipasi hal
itu, Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu menggelar diskusi bertajuk
“Membuat Kalimat Dukungan Atau Sanggahan.” Materi ini dikemas secara sederhana
dan dibagikan kepada 15 pemuda di lingkungan desa Margasakti, pada Sabtu, 19
Agustus 2017, pukul 19.00 WIB. Lima belas pemuda ini berasal dari gereja di
lingkungan Margasakti dan aktif mendukung Buletin Kemudi Semar (media yang
didirikan sejak program Multiplikasi Stube-HEMAT dilakukan di Bengkulu).
Sebagai aktivis dalam media komunikasi, pengetahuan bagaimana menyanggah dan
mendukung yang baik dalam diskusi perlu
diberikan.
Pertanyaan awal yang
dilontarkan sebagai pembuka diskusi adalah,”Pernahkah teman-teman berdebat?”
Separuh dari peserta menjawab pernah dan mengakui bahwa perdebatan mereka sering
berujung kekecewaan. “...Perdebatan berujung kekecewaan itu tidak perlu lagi
terjadi,” kata Yohanes, multiplikator Bengkulu. Selanjutnya peserta diskusi
diajak untuk masuk dunia baru dimana orang belajar untuk saling mengerti dan
memahami. Pembicaraan sesungguhnya adalah bagaimana saling mengisi dan
melengkapi, bukan untuk mencari musuh atau menang sendiri. Beberapa contoh, misalnya,
kata “semua” bisa disanggah dengan kata “ada”. Dalam bentuk contoh kalimat bisa
berbunyi; “Semua kelapa sawit diangkut ke Bengkulu Tengah”. Bagaimana cara
menyanggah kalimat ini? Peserta mulai membaca kembali panduan yang sudah
dibagikan dan dengan ragu-ragu mereka
menjawab,” Ada sawit tidak diangkut ke Bengkulu Tengah”. Untuk melengkapi argumen
yang diberikan, kata “ada” cukup ditambah satu bukti saja. Misalnya berupa
kalimat, ”...ada kelapa sawit yang dibawa ke Bengkulu Utara.”
Contoh kalimat yang lain
seperti; “Semua gorong-gorong tidak mampu menampung air saat banjir di Tanah
Hitam”. Peserta sepakat menjawab; “Tidak semua gorong-gorong tidak mampu, ada
gorong-gorong yang masih mampu menahan banjir”.
Bagaimana bila kita
bertindak sebagai penyaji suatu pernyataan? Bagaimana bila kita sendiri ingin
menyatakan sesuatu dan bagaimana bila disanggah? Sebagian pernyataan bisa
disanggah. Hanya saja kita perlu berhati-hati dalam mengungkapkan suatu
pernyataan. Kehati-hatian itu bisa ditunjukkan dengan; 1) hindari kata “semua”
bila kita tidak mengetahui keseluruhan isi maupun bentuk dari suatu informasi.
2) hindari pula kata “setiap” dan “selalu” bila kita tidak memperhatikan setiap
rincian informasi yang kita terima. 3) cara aman yang biasa dipakai adalah
gunakan kata “ada”, “sebagian”, dan “beberapa”.
Multiplikator mengakui
bahwa ada saja teman-teman yang menggunakan kata rumit dan sulit untuk didefinisikan.
Tidak jarang kata itu sulit dimengerti bila tidak diperhatikan dengan seksama.
Misalnya pada kata “banyak” yang sifatnya relatif dan harus dihindari dalam
penyajian pendapat dalam diskusi.
Kemampuan berdiskusi
dengan memperhatikan hal-hal di atas kiranya mampu meminimalisir
kesalahpahaman. Kemampuan semacam ini dapat dimiliki siapa saja dan tidak hanya
dimonopoli oleh kelompok terpelajar saja. (YDA)
Komentar
Posting Komentar