Pada awal
bulan Februari 2020, Multiplikator Stube-HEMAT Bengkulu diundang untuk
menghadiri pertemuan alumni BfdW (Brot fuer die Welt) sebuah lembaga donor dari
gereja-gereja Lutheran, Jerman yang memberi beasiswa pendidikan kepada para mahasiswa
di Indonesia dan negara-negara lain di dunia. Pertemuan ini bertujuan untuk
menjalin komunikasi antara BfdW dengan para alumni yang selama ini sudah mendapat beasiswa dan mengetahui
apa yang dilakukan oleh para alumni setelah lulus studi. Pertemuan dilangsungkan di
Yogyakarta, pada tanggal 7–10 Februari 2020 dan kegiatan utama berlangsung di
Universitas Kristen Duta Wacana dengan mengusung tema besar “Hunger for
Justice” disesuaikan dengan tema ulang tahun ke 60 BfdW. Tema ini memiliki
keinginan luhur dan harapan bahwa setiap alumni terus bekerja dalam bidangnya
untuk menegakkan dan memberi keadilan di mana pun ditempatkan.
Para
alumni diberi kesempatan untuk mempersiapkan materi, yang disampaikan baik dalam seminar
ataupun dalam diskusi panel dan paralel. Banyak dari mereka telah bekerja sebagai
pendeta, dosen, dan pekerja sosial. Mayoritas peserta berpendidikan Pascasarjana
(S2/S3)
dan berfokus
pada bidang ilmu dan penelitian
masing-masing yang disampaikan dalam bahasa Inggris. Bagi mutiplikator Stube HEMAT di
Bengkulu, acara ini sangat berkesan dan bermanfaat karena bisa bertemu dengan
para cendikiawan, ilmuwan dan orang-orang yang memiliki pengalaman di
bidangnya, seperti Dr. Ferry Kawur, pakar Biosains dan pengajar Ilmu Kesehatan,
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Beliau memaparkan perkembangan pemahaman
biosains dan dinamikanya di Indonesia. Pada akhir paparan, Dr. Ferry memberikan empat
buku tulisannya agar bisa dipelajari lebih lanjut.
Saat
menyampaikan paparan sebagai alumni
Theologi, UKDW dan saat ini sebagai multiplikator Stube HEMAT, lebih banyak bercerita
tentang apa yang dikerjakan di Bengkulu bersama dinamika masyarakatnya. Inilah yang membedakan antara akademisi dengan pekerja
social, dan masing-masing punya caranya
sendiri dalam melayani masyarakat. Bengkulu, adalah daerah yang diklaim
sebagai provinsi termiskin
di Sumatera. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, sementara industri manufaktur belum
banyak berkembang. Akses keluar masuk masih tergolong minim. Tiga tahun bekerja
di Bengkulu membuat multiplikator semakin memahami realitas kehidupan
yang ada. Saat ini sarana
pendidikan Bengkulu terus dibangun, infrastruktur dikembangan, dan sarana kesehatan diperluas, sementara akses kredit perbankan dipermudah. Namun, usaha-usaha
tersebut
tidak serta-merta menyelesaikan masalah yang menerpa anak-anak mudanya, seperti
tingginya kasus
narkoba
di kalangan pemuda
dan kasus-kasus intoleransi yang menjadi-jadi. Program
Multiplikasi Stube-HEMAT
menghadirkan warna tersendiri dalam pergaulan mahasiswa dan
anak muda Bengkulu.
Dua minggu sekali mereka berkumpul bersama sebagai mahasiswa dan pemuda desa, membahas
permasalahan aktual, satu minggu sekali
berkumpul untuk merenungkan firman Tuhan, dan satu bulan sekali berjumpa dengan dosen-dosen dalam suatu
diskusi bagi mahasiswa Bengkulu.
Pertemuan dengan
para
alumni BfdW yang lain, tentu saja menambah
gairah pelayanan karena pada
akhirnya, dosen, pendeta, dan pekerja sosial
dimungkinkan
untuk bekerjasama
dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Pertemuan-pertemuan
seminar yang mewadahi para alumni untuk bertemu seperti ini sangat penting untuk menambah wawasan,
pengetahuan, dan pengalaman dalam kerja-kerja pemberdayaan. Terimakasih kepada Stube-HEMAT Yogyakarta dan
BfdW, semoga
semakin banyak jejaring yang mau belajar dan beraktivitas bersama. (YDA).
Komentar
Posting Komentar