Bulan Mei 2020
adalah bulan ke dua darurat wabah Covid-19 ditetapkan di Indonesia. Situasi ekonomi lesu, semua mata tertuju pada upaya penanganan
dan pencegahan pandemik, sehingga anggaran dan sumbangan pun diarahkan ke usaha penanganan.
Mayoritas
produk pangan yang masuk dapur kita dipasok dari impor. Gula, beras, kedelai
untuk tempe, tahu, kecap, semuanya diimpor. Produksi dalam negeri
rupanya selama ini belum mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia, dan itu beresiko karena kondisi rentan yang mudah
sekali dijatuhkan. Brazil misalnya, telah berhasil keluar dari impor
minyak karena sebagian tebu diolah menjadi
bahan baku ethanol. Jerman mengurangi ketergantungan akan gandum dengan
mengajarkan warganya mengonsumsi dan menanam kentang. Indonesia juga
mengkampanyekan sumber karbohidrat dari umbi-umbian selain beras padi.
Kemandirian
pangan ditopang oleh kemandirian pupuk, benih, dan pasar. Kita tidak sedang
berbicara hal-hal besar mencakup satu bangsa atau satu daerah. Kemandirian harus
dimulai dari rumah kita tinggal. Persiapan program kemandirian pangan di rumah
telah dipersiapkan sejak awal tahun 2020. Sekretariat Program Multiplikasi
Bengkulu telah memproduksi benih mandiri dan dapat diminta secara gratis bila
ingin menanam.
Benih-benih
yang tersedia di sekretariat yakni sawi, cabai, terong, ubi sayur, kelapa,
kemangi, lumai, kayu manis, salam, jahe, kopi, pokak, kencur, kacang gude,
papaya, cipir, koro, dan pisang cebol. Bila tanaman mati atau gagal panen, polibek
bisa dikembalikan ke sekretariat dan diganti dengan tanaman yang baru.


Program
Multiplikasi Stube-HEMAT
di Bengkulu berharap agar
teman-teman pemuda tidak lesu, tetap semangat dalam berkreativitas, dan tidak kehilangan
ketajaman intelektualitas. Mari menjadi garda tengah di masa pandemik. Terima kasih kepada teman-teman
Stube-HEMAT di mana pun berada yang senantiasa
memberi dukungan dan perhatian pada teman-teman Bengkulu. (YDA).
Komentar
Posting Komentar