Workshop Masalah Kesehatan
Tantangan Kesehatan di Indonesia menjadi topik yang menarik untuk membahas
tantangan kesehatan dan penyakit menular dan menjadi sangat relevan dikala
pandemi Covid 19 melanda Indonesia dan dunia. Workshop sehari ini digelar di
rumah makan Tris, Pantai Panjang, kota Bengkulu (Sabtu, 20/02/2021). Workshop ini
dihadiri oleh 23 orang dari berbagai komunitas. Hadir di pertemuan itu pemuda
mahasiswa dari organisasi Pemuda Katholik, Vihara Buddhayana Bengkulu, Pura
Rama Agung, dan teman-teman dari pemuda gereja Margasakti. Acara digelar dalam
empat sesi yang padat. Sekalipun tampak lelah, peserta berhasil mengikuti
proses ini hingga penutupan.
Sesi pertama adalah perkenalan Stube-HEMAT Bengkulu. Penanggungjawab program
Multiplikasi, Yohanes Dian Alpasa memperkenalkan Stube-HEMAT kepada peserta. Stube-HEMAT
adalah Lembaga pendampingan mahasiswa yang berbasis di Yogyakarta dengan diskusi
dan pelatihan. Dengan pertemuan ceramah dan pelatihan skill itu, diharapkan
mahasiswa semakin percaya diri untuk kembali ke daerah untuk mengembangkan
potensi daerah dan memecahkan masalah yang terjadi di kampung halamannya. Stube-HEMAT
hadir di Bengkulu pada awal tahun 2017. Aktivitasnya dimulai di Margasakti,
Bengkulu Utara, bersama dengan teman-teman pemuda Gereja. Lalu pada 2018, Stube
beraktivitas di Kota Bengkulu dan berhasil mengirim empat mahasiswa dalam
program pertukaran pelajar ke Yogyakarta. Pada tahun 2021 ini, Stube-HEMAT
semakin intensif berkegiatan di kota Bengkulu. Pada tatap muka kuliah mahasiswa
yang akan dibuka pada Maret 2021 nanti, peserta yang tergabung dalam
Stube-HEMAT semakin bertambah.
Sesi dua diampu oleh Kepala Puskesmas di Bengkulu Tengah, Yayat Suhendra. Ada beberapa kritik yang diungkapkan ketika memulai paparan yaitu tentang ruangan yang tidak memungkinkan untuk jaga jarak, tempat cuci tangan yang tidak memadai, dan beberapa peserta yang memakai masker yang belum memenuhi syarat standard. Masker skuba, yang dipakai untuk pengendara sepeda motor, adalah masker yang dipakai untuk menyaring debu tidak menahan virus dan droplet.
Untuk melihat perkembangan wabah terkini, pemerintah menyediakan situs covid19.bengkuluprov.go.id. Dalam situs itu, kita bisa melihat berapa orang Bengkulu yang terinfeksi virus Corona. Sampai tanggal workshop dilaksanakan tercatat 4.000 an kasus positif di Bengkulu, sementara Daerah Istimewa Yogyakarta sudah mencapai 26.000 kasus. Sebagian orang Bengkulu terkesan menganggap remeh penyebaran virus ini, tidak peduli bahayanya, dan ini bisa dilihat dari cara orang memakai masker yang tidak benar dan perhelatan yang menimbulkan kerumunan.
Pada tengah sesi ini, paparan juga diisi oleh wawancara lewat telepon
dengan Indah Theresia, seorang penyiar RRI yang terinfeksi Covid-19 dan harus
dirawat di RSUD Harapan dan Doa, Kota Bengkulu. Sembuh dari Covid-19 ibarat
hidup yang kedua setelah melihat rekan sekantornya meninggal karena Covid-19.
Bahaya dari virus ini harus diwaspadai dengan cara sederhana yakni mematuhi
protokol kesehatan dengan disiplin.
Mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, memakai masker yang memenuhi syarat, memang penting, dan yang lebih penting adalah tahu kegunaan alat dan kelengkapan protokol kesehatan. Misalnya, tentang penggunaan handsanitizer. Handsanitizer adalah racun untuk membunuh kuman jadi akan berbahaya jika dihirup. Banyak orang kadangkala menghirup aroma handsanitizer yang mengandung bahan aroma terapi.
Sesi ketiga tentang Gizi dan Sanitasi. Yayat merangkum teknik menjaga kebugaran tubuh dengan makan-makanan bergizi, tidur cukup, dan olahraga teratur. Tidur orang dewasa cukuplah enam jam. Gizi tidak harus mahal, yang penting sayur buah dan protein cukup. Saat berolahraga, kita berada dalam kondisi ketahanan tubuh yang paling kuat karena semua sel sedang membakar timbunan lemak menjadi energi. Saat berolahraga kita butuh oksigen jadi tidak perlu memakai masker.
Sesi berikutnya yaitu sesi IV diampu oleh Ariani Narwastujati, Direktur
Lembaga Stube-HEMAT. Ariani mengakui Bengkulu terkesan menganggap ringan wabah
corona (COVID-19). Inilah tugas anak-anak muda untuk memberi penyadaran publik
agar publik lebih waspada terhadap COVID-19. Sudah banyak keluarga, teman, dan
kerabat yang terancam virus ini sehingga kita harus berhati-hati. Dalam penjelasannya,
Ariani mempraktekkan penggunaan thermogun dalam usaha screening para tamu dan
orang-orang yang berniat datang kepada kita. Batas maksimal suhu tubuh manusia
adalah 37,40 celcius, sehingga suhu tubuh di atas itu perlu beristirahat. Alat
kedua yang diperkenalkan adalah pengukur denyut jantung dan kadar oksigen.
Seorang yang sedang sakit akan mengalami penurunan oksigen dalam darah. Alat
ini bisa menjadi alat pertama yang digunakan untuk menentukan kondisi tubuh
sedang fit atau tidak.
Sesi V diampu oleh Pdt. Em. Bambang Sumbodo dan Bapak Hero Darmawanto,
pengurus Stube HEMAT. Karakter seorang muda ditentukan oleh disiplin dan kejujuran.
Banyak tantangan di masa kini seiring kemajuan teknologi dan informasi yang
membuat akan banyak pekerjaan hilang. Anak muda harus berani mengembangkan bakat karena ada banyak bentuk
bakat yang dimiliki oleh anak muda, karena setiap orang memiliki banyak
kecerdasan, seperti kecerdasan linguistik, logika, intrapersonal,
interpersonal, musikal, spasial, kinetik, dan naturalis. Semakin anak-anak muda
menstimuli diri dengan berbagai macam hal, akan tampak kecerdasan apa yang
menonjol. Tugas anak-anak muda adalah mengembangkannya.
Workshop ditutup oleh Multiplikator Stube-HEMAT Bengkulu dengan membentuk empat kelompok penulisan. Tulisan itu sebagai hasil dari apa yang didapat selama mengikuti workshop. Pada pekan depan, diharapkan tulisan dari teman-teman Pura, Vihara, Paroki, dan gereja dapat diserahkan dan dibagikan untuk dibaca teman-teman muda lain. (YDA).
Komentar
Posting Komentar