Merespon Tantangan Publik bersama Radio SwaraUnib FM

Program multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu mendukung usaha-usaha menangani wabah virus Corona (COVID-19). Kebijakan PPKM Jawa-Bali kemudian diikuti oleh daerah lain telah berlangsung dari 11 Januari 2021 hingga 25 Januari 2021. Kemudian, pembatasan kegiatan diperpanjang hingga 8 Februari 2021. Satgas COVID-19 kota Bengkulu pun melarang kerumunan lebih dari 8 orang. Kondisi ini mempengaruhi kegiatan Stube-HEMAT di kota Bengkulu. Sehingga Program multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu memulai kegiatan pada tanggal 11 Februari 2021.

Bersama Ento Gusmanto, Pendiri SwaraUnib FM, kegiatan diskusi berlangsung di Pendopo Tris, Pantai Panjang. SwaraUnib FM merupakan perusahaan swasta komunikasi dengan 80% kepemilikan sahamnya adalah Universitas Bengkulu. Kegiatan diskusi dimulai pada pukul 17.00 dimulai dengan interview sederhana kepada peserta. Peserta diminta untuk mencuci tangan terlebih dahulu, merapikan masker, dan ditanya tentang kegiatan hari ini, sudah berkontak langsung dengan siapa saja. Multiplikator menambahkan apabila teman-teman sedang dalam kondisi tidak enak badan maka dipersilahkan untuk tidak mengikuti kegiatan. Puji Tuhan kondisi peserta dalam keadaan baik. Diskusi tetap berjalan dengan protokol ketat.

Perkenalan Stube-HEMAT dengan singkat dilakukan oleh multiplikator Stube-HEMAT Bengkulu. Yohanes Dian Alpasa memperkenalkan Stube-HEMAT sebagai sebuah komunitas pemuda perantau. Stube ingin membekali mahasiswa agar mau kembali ke daerah dan mengembangkan potensi daerah. 

Setelah masing-masing peserta berkenalan, Ento Gusmanto kemudian memperkenalkan diri sebagai pendiri SwaraUnib FM. Ia menyatakan senang bila menghadiri acara-acara berbagi ide dan diskusi bersama pemuda. Radio SwaraUnib didirikan pada tahun 2006. Dengan tantangan Sumber Daya Manusia yang minim (terbatasnya jumlah personil dan kemampuan memelihara alat), pihak manajemen berusaha memelihara semangat. Siaran tetap dilakukan dengan berbagai tantangannya. Pada 2015, Radio SwaraUnib FM mendapatkan Izin Penyelenggaraan Penyiaran dari Kemenkominfo.

Perkembangan komunikasi di Bengkulu berlangsung cepat. Tahun 2006, internet belum banyak. Warung internet hanya ada di satu tempat. Radio saat itu masih menjadi media hiburan keluarga dan masyarakat. Televisi masih menjadi media penyiaran favorit. Tahun 2010, internet mulai dipakai masyarakat Bengkulu. Ento melihat saat itu perkembangan komunikasi cukup signifikan. Hari ini, radio masih menjadi favorit di masyarakat, televisi digeser oleh siaran Youtube. Lalu apa masalah publik yang terjadi saat ini? Ento Gusmanto menyatakan ada 40 perusahaan media massa yang ada di provinsi Bengkulu ini. Wartawannya hanya ada dua atau tiga orang. Ini yang menjadi tantangan ke depan, mahasiswa ditantang untuk semakin jeli melihat peluang kerja di luar bidang studinya.

Masalah Masyarakat sebagai bahan tulisan jurnalisme publik di Bengkulu senantiasa berkait dengan perkembangan jaman. Semakin cepat jaman berkembang semakin orang dituntut untuk adaptif dan mengambil peluang. SwaraUnib FM melihat bahwa masyarakat masih gagap merespon perubahan ini. Bengkulu seolah dininabobokkan oleh berbagai macam keadaan yang semakin nyaman.

Soal kreativitas produksi pangan, jasa, dan kerajinan masih belum memenuhi tuntutan dan kebutuhan umumnya. Banyak barang dan jasa harus didatangkan dari luar. Inilah yang masih menjadi permasalahan dan respon yang senantiasa dibahas dalam jurnalisme publik di lingkungan kita. Menurut Ento, masyarakat Bengkulu bukan kelompok yang konsumtif, tetapi fasionable. Setiap ada barang baru yang terkait dengan pakaian dan kosmetik selalu dibeli terlebih dahulu. Permasalahan yang kompleks dan respon masyarakatnya menghasilkan pergumulan yang beragam.

Dari diskusi ini teman-teman mahasiswa dan pemuda diharapkan mampu mengkritisi permasalahan dan tantangan yang dihadapi masyarakat Bengkulu.***

Komentar