Oleh: Reginiana
Program
tantangan Siber kali ini didukung dua trainer dari Yogyakarta yakni Trustha
Rembaka (koordinator Stube HEMAT Yogyakarta) dan David Pamerean Budiarto
(mahasiswa Program Internasional Ilmu Komputer, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta). Lokasi pelatihan dipilih di pusat kota dengan tatap muka
pada 17-19 Juni 2021.
Kegiatan diawali perkunjungan ke gereja GPdI Hidup Baru, kota Bengkulu. Pdt. Apriansori Marbun bertindak sebagai fasilitator pertemuan dan 22 peserta hadir dalam pertemuan yang dimulai pada pukul 19.30 WIB ini. Pdt. Apriansori mengucapkan selamat datang kepada rombongan Stube-HEMAT dan menggambarkan pelayanan gereja dan pembinaan karakter, khusus untuk anak-anak muda topik berkisar bagaimana mendapatkan pasangan yang seturut dengan kehendak Kristus. Pdt. Apriansori menilai program Stube HEMAT layak diperkenalkan di Bengkulu kepada pemuda dan mahasiswa sehingga mendatangkan manfaat. Terkait dengan tantangan siber Pdt. Apriansori menghimbau anak muda untuk memanfaatkan teknologi namun jangan sampai diperbudak teknologi. Selanjutnya Yohanes Dian Alpasa, multiplikator Stube HEMAT di Bengkulu memperkenalkan Stube-HEMAT sebagai sebuah lembaga pelatihan bagi mahasiswa dan pemuda gereja. Oleh karenanya, lembaga ini membuka lebar pintu agar teman-teman pemuda gereja bisa ambil bagian dalam setiap aktivitasnya.
Sesi
kedua kegiatan diadakan pada hari Jumat, 18 Juni 2021. Yohanes Dian Alpasa
pertama-tama memperkenalkan Stube-HEMAT dan mengajak peserta menulis pada
selembar karton yang dibentangkan di lantai mengenai kampung impian yang ada
dalam pikiran masing-masing. Setelah itu peserta menuliskan
permasalahan-permasalahan sosial, lingkungan, pendidikan, dan kebudayaan yang
ada di lingkungan mereka. Ini akan digunakan untuk pertimbangan merumuskan
program kerja Stube ke depan selain mengasah kepekaan mereka atas situasi
sosial yang ada. Selanjutnya multiplikator memperkenalkan program tantangan
sSiber sebagai sebuah peluang untuk membuka diri dan beradaptasi terhadap
perubahan teknologi karena banyak hal bisa dilakukan dalam jaringan. Jadi
teman-teman dituntut untuk mampu mengaktualisasikan diri di dalamnya.
Sesi
III diampu oleh Trustha Rembaka yang menyampaikan bagaimana konten sederhana
dibuat oleh kreator dunia maya untuk menarik follower, juga segmentasi pengguna
internet dan dominasi usia pada akun-akun media sosial yang ada di platform
media sosial. Teman-teman dipersilahkan untuk menunjukkan ide dan gagasan pada
setiap platform agar dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas.
Sesi IV diampu oleh David Pamerean Budiarto yang menggeluti dunia pemrograman dan melatih peserta memproduksi video baik dari bahan foto maupun catatan peserta. Teknis pengambilan gambar diampu oleh Trustha sedangkan aplikasi dan software serta tata cara editing diajarkan oleh David. Latihan itu langsung dilakukan di lokasi pelatihan.
Sesi V dilakukan lewat Zoom Meeting dengan narasumber Dema Mathias Lumban Tobing. Dema menjelaskan bahwa setiap aksi yang dilakukan di dunia maya terekam secara rapi oleh server perusahaan tersebut. Ungkapan kita akan diolah menjadi data yang memuat hobi, kesukaan, emosi, perasaan, yang sangat berguna untuk pihak-pihak yang ingin mempromosikan produk tertentu. Bijak dalam bermedia masih menjadi syarat yang mutlak sehingga mulai hari ini peserta harus mampu mengambil keuntungan pada setiap tindakan di dunia maya. Dunia maya harus menjadi ajang promosi bagi bakat, usaha, hobbi dan lain sebagainya yang dimiliki, sehingga jangan disia-siakan.
Selanjutnya
menjadi giliran peserta mengaktualisasikan ilmu dan pengalaman yang didapat
dalam hidup baik di masyarakat dan gereja dan berkreasi membuat video. Selamat
melakukan aktualisasi diri. ***
Komentar
Posting Komentar