Oleh Tommy H Sakoikoi.
Rangkaian pengalaman berada di Yogyakarta yang saya alami bersama Stube
HEMAT Yogyakarta membuat saya berubah karena saya menemukan beragam pengetahuan
baru dan semangat ketika bertemu dan belajar dengan orang-orang baru. Saya
Tommy Helfiger Sakoikoi, dari Stube HEMAT Bengkulu yang mendapat kesempatan
untuk belajar di Yogyakarta. Saya bersyukur karena semua ini karena anugerah Tuhan. Selama beberapa hari di Daerah Istimewa Yogyakarta,
saya belajar bersama tim Stube HEMAT Yogyakarta untuk menjadi pemuda yang kreatif dan
mampu mandiri. Ini
pertama kalinya saya menimba ilmu bersama Stube HEMAT Yogyakarta di kota Yogyakarta
Saya belajar beberapa hal, yaitu, (1) pentingnya menjaga lingkungan dari limbah atau sampah, karena jika sampah dibiarkan akan menjadi masalah sosial dan merugikan masyarakat sendiri. Kita sebagai masyarakat harus peduli pada lingkungan dengan menjaga dan merawat alam. Salah satu cara adalah memilah sampah non organik dan menjualnya atau mengolah menjadi kerajinan yang menarik dan dapat menghasilkan uang. (2) seorang mahasiswa untuk membayar uang kuliah tidak perlu lagi meminta kepada orang tua, yaitu dengan merintis usaha sendiri yang menghasilkan uang. Ini dapat dicapai jika kita memiliki ide kreatif, skills dan tidak mudah putus asa untuk mengerjakannya. (3) pentingnya mahasiswa untuk menulis, karena mahasiswa harus menyusun karya ilmiah berupa skripsi, tesis, disertasi. Menulis adalah sebuah kerja keabadian yang tidak pernah dilupakan karena tulisan akan terus ada.
Salah satu topik lainnya adalah Social Entrepreneurship dimana saya
mendapatkan hal baru yang membuka wawasan saya, khususnya tentang daerah asal
saya, Mentawai. Topik ini dipaparkan oleh Trustha Rembaka, S.Th dimana Sosial
Entrepreneurship melatih anak muda dan mahasiswa mampu melihat masalah sosial
yang terjadi sekaligus menemukan potensi-potensi di wilayahnya yang
menghasilkan keuntungan untuk mengatasi permasalahan sosial. Proses mendapatkan
solusi yang inovatif atas permasalahan sosial yang ada harus melibatkan
masyarakat setempat. Bahkan, pelaku Social Entrepreneurship mengadopsi misi menciptakan
dan melestarikan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat setempat. Dalam diskusi Trustha
membantu peserta memetakan permasalahan sosial di daerah dan mendorong mereka mengusulkan ide-ide
kreatif dan inovatif untuk mengatasi masalah sosial dan anak muda tidak gengsi ketika
melakukannya.
Pembelajaran Social Entrepreneurship semakin lengkap dengan kunjungan belajar di kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran dan embung Nglanggeran (Kamis, 15/12/2022). Saya bersama dua peserta lainnya mendalami awal mula kawasan Gunung Api Purba dan Embung Nglanggeran. Trustha Rembaka menceritakan awal proses tempat ini dari keterbatasan lapangan pekerjaan, pengangguran, penebangan pohon dan kekeringan. Saat itu Sugeng Handoko, S.T., bersama organisasi kepemudaan setempat mulai bergerak untuk mengelola kawasan sebagai tempat camping, menggerakkan penanaman pohon buah dan bertahap melibatkan kelompok masyarakat sesuai potensi, dari pemandu wisata, penyedia makanan, homestay, budidaya dan pengolahan coklat, peternakan kambing dan pengolahan susu, dan sampai pada aktivitas kesenian. Pemerintah maupun swasta akhirnya membantu pengembangan kawasan menjadi unggulan di tingkat internasional.
Terima kasih Stube HEMAT Yogyakarta yang telah menjadi wadah dalam
mengembangkan sekaligus mengeksplor pengetahuan dan keterampilan saya
sebagai mahasiswa. Semoga ke depan saya mampu berproses bersama dan memberdayakan diri agar
berguna bagi masyarakat.***
Komentar
Posting Komentar