Mengasah Bakat dan Menggali Potensi Pangan Lokal Bengkulu

Oleh Iman Kristina Halawa.          

Setiap manusia memiliki bakat masing-masing yang bisa dikembangkan dengan cara menekuninya dengan sungguh-sungguh. Bakat dimiliki oleh seseorang secara alami dan bisa dikembangkan dengan lebih cepat dan lebih baik dibandingkan dengan orang lain. Artinya bakat adalah kemampuan dalam diri seseorang sejak lahir yang dapat digunakan untuk mempelajari sesuatu dengan cepat dan berhasil baik.

Pemikiran di atas menjadi inspirasi dalam diskusi tentang Pengembangan Bakat: Setiap mahasiswa memiliki bakat yang berbeda-beda, di Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu bersama mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu (STTAB) dan Iman Kristina Halawa, M.Th., berperan sebagai narasumber (Sabtu, 28/1/2023). Diskusi ini juga sebagai ruang sharing pengalaman tiga mahasiswa STTAB yang belajar di Stube HEMAT Yogyakarta beberapa waktu lalu dan persiapan kegiatan Stube HEMAT Bengkulu semester ini. Beberapa hasil pengamatan dan belajar akan diujicobakan di Bengkulu sebagai tindak lanjut.

Tentang istilah ‘bakat’, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menulis bahwa bakat adalah kepandaian, sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir. Ahli pendidikan, Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja menjelaskan bahwa bakat adalah sebuah bibit yang akan terlihat ketika orang tersebut mendapat sebuah kesempatan dan kemungkinan untuk mengembangkannya, (Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan). Jadi, bisa dikatakan bahwa bakat adalah kemampuan terhadap suatu yang menunjukkan kemampuan rata-rata seseorang secara ilmiah dan perlu dilatih untuk mencapai hasil maksimal.

Bakat orang berbeda-beda dan perkembangan bakat dipengaruhi berbagai faktor, seperti 1) Unsur Genetik, yang berkaitan dengan fungsi otak. Otak kiri berhubungan dengan verbal, intelektual, keteraturan, dan logis. Sedangkan otak kanan berkaitan dengan spasial, nonverbal, estetik, artistik, dan atletis. 2) Proses Latihan. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, namun memerlukan latihan teratur untuk mengembangkannya. 3) Struktur tubuh, mempengaruhi bakat seseorang. Seorang yang bertubuh atletis akan lebih mudah menekuni bidang olahraga atletik atau aktifitas yang membutuhkan gerak tubuh.

Diskusi ini menghasilkan komitmen bersama, antara lain: 1) Komunitas harus ada komitmen bersama untuk mencapai tujuan komunitas, komitmen pribadi untuk mengembangkan diri dan komitmen bersama untuk saling mendukung anggota komunitas; 2) masing-masing berkomitmen mengembangkan bakat mereka, termasuk mahasiswa STTAB yang belajar di Yogyakarta; 3) Setiap mahasiswa memiliki bakat yang berbeda-beda, jadi temukan dan asah kemampuan yang dimiliki; 4) Terus mengembangkan bakat yang ada sampai optimal agar mendapatkan manfaat dari bakatnya.

Dikaitkan dengan program Stube-HEMAT Bengkulu tentang Inisiatif Pangan Lokal, para mahasiswa diajak untuk mengidentifikasi pangan lokal di Bengkulu dan mempromosikan keanekaragaman hayati yang ada, dan sambil mengasah bakat, mahasiswa akan mendalami keanekaragaman hayati di Bengkulu, mengumpulkan aneka pangan lokal setempat dan mengolah bahan-bahan pangan lokal menjadi produk yang layak jual sehingga menjadi alternatif peningkatan ekonomi melalui wirausaha pangan lokal.

Diharapkan bahwa dengan apa yang sudah dipelajari bersama, bakat yang terus dikembangkan bisa bermanfaat untuk diri dan orang-orang di sekitar dan ini bisa dimulai dari hal sederhana, seperti mengolah bahan pangan lokal Bengkulu, sudah siapkah kita? ***


Komentar