Subur, Mandiri, Saingi Urea!

Multiplikasi Stube HEMAT Bengkulu.          

Peserta Stube-HEMAT telah dilatih membuat pupuk sendiri dengan berbagai bahan yang mudah didapat di alam sekitar dengan tujuan menekan biaya produksi. Karena Indonesia kaya akan bahan-bahan alam, maka pembuatan pupuk sangat mungkin dilakukan dengan biaya murah. Hasilnya bisa macam-macam pupuk, bergantung pada bahan dasarnya dan metode produksinya juga berbeda-beda. Beberapa alumni sudah cakap melakukan fermentasi, ada yang mengolah bahan dengan cara dan alat sederhana. Namun secara prinsip, kami ingin merawat kesuburan, menjadi kemandirian, dan bersaing dengan dominasi pupuk buatan pabrik yang semakin sulit dan semakin mahal saat ini.

Kesuburan harus dirawat dan kesuburan tanah dipengaruhi oleh petaninya. Suku-suku asli Bengkulu masih melakukan ladang berpindah dan tidak menjadi masalah. Mereka berpindah-pindah mencari lahan yang subur. Awalnya mereka harus menebang pohon, namun kadangkala pohon yang ditebang masuk kawasan hutan lindung. Setelah ditebangi, lahan ini ditanami kopi dan jenis biji-bijian yang lain. Ketika kopi sudah tinggi dan tidak menghasilkan banyak buah, maka pemilik lahan akan mencari hutan baru untuk ditebang. Sementara itu kebun kopi tadi menjadi semak belukar dan perlahan menjadi hutan kembali. Kesuburan adalah kehidupan, oleh karenanya harus dijaga sebaik-baiknya demi kebaikan anak-cucu.

Sekali lagi, kesuburan tanah dipengaruhi petaninya. Mayoritas pertanian kita saat ini, dan yang terjadi di Bengkulu, adalah pertanian sedenter. Orang tidak lagi mudah berpindah-pindah lahan, sehingga mau-tidak mau di situlah orang harus bercocok-tanam. Demi menjaga produksi, petani-petani terpesona melihat tawaran produk benih dan pupuk korporasi. Tidak lupa pestisida, insektisida, dan fungisida diperkenalkan. Tawaran itu menggiurkan karena menawarkan produksi yang lebih cepat, lebih banyak, dan mampu mematikan hewan-hewan yang dianggap hama. Efek sampingnya adalah kandungan bahan-bahan pupuk tadi menurunkan kualitas tanah (bukan memperbaikinya), petani tidak bisa menghasilkan benih lagi, serta hama yang resisten terhadap racun dari hari ke hari.

Menyikapi fenomena ini, Multiplikator Stube-HEMAT Bengkulu menyatakan berhenti menggunakan pupuk kimia, mulai menggunakan bahan-bahan lokal sebagai pupuk, dan aktif mencari benih-benih, biji, batang, dan umbi-umbian yang cocok untuk  tanah Bengkulu. Bagaimanapun juga ketergantungan harus diakhiri dan kemandirian benih dan pupuk harus segera dimulai. Komitmen itu dimulai dengan membuat pupuk kompos sendiri, tidak menggunakan pestisida, serta mulai menanam benih-benih yang dianggap “benih lokal”. Salah satu upaya untuk membuat pupuk sendiri yakni dengan pengadaan kambing bagi Stube-HEMAT Bengkulu. Stube-HEMAT Bengkulu pada bulan November 2023 mengusahakan dua ekor kambing dengan target dalam satu bulan mampu menghasilkan satu karung pupuk kandang (srinthil) senilai Rp. 30.000,-. Dengan keuntungan mendapatkan pupuk kandang dan peliharaan ternak kambing, maka kebutuhan pupuk pabrikan bisa dikurangi, bahkan mampu menghasilkan pupuk sendiri. ***


Komentar